Mentari
Angin bertiup semilir.
Saya menyukai suasana disini. Posisi ini strategis untuk melihat kondisi lapangan basket, tempat duduk tribun penonton berupa tangga yang dekat berada dekat dengan Student Center.
Saya memandang kearah depan, tampak mahasiswa-mahasiswa baru
itu sedang merapikan barisan, kemudian mengambil posisi duduk dan menyimak
penjelasan dari salah satu panitia OSKM melalui pengeras suara.
Sekali lagi saya melihat kearah kerumunan itu sebelum
akhirnya berdiri dan meninggalkan tempat duduk.
Terdengar suara seorang panitia menyanyikan lagu Mentari,
dan meminta semua peserta mengikuti.
“Bro…” seseorang menepuk bahu kananku lalu ikut berjalan bersisian meninggalkan area lapangan.
“Sudah bertemu dosen wali”, tanyanya.
“Belum”
“Tapi sudah mengisi FRS?” tanyanya lagi.
“Belum”
“Apaan sih bro, kayak orang sariawan jawabnya singkat sekali.”
“Hmm” jawabku malas.
Perkuliahan dimulai pekan depan. Tapi saya belum bisa menemui dosen wali sama sekali. Tertulis di papan info di depan ruangannya bahwa beliau sedang keluar kota dan baru bisa ditemui siang ini. Hal ini membuat saya kesal. Mendaftar ulang dan menyelesaikan masalah administrasi di hari terakhir lebih melelahkan. Karena biasanya antrian pengesahan KSM bisa mengular. Rasanya badan masih terasa penat setelah perjalanan menggunakan bis dari kota Malang. Padahal saya telah beberapa hari tiba di Bandung. Atau mungkin kelelahan ini datangnya bukan dari raga, tapi dari emosi yang menjadi beban di pikiran.
Saya lalu mengeluarkan Formulir Perwalian dari dalam tas punggung, lalu
menunjukkannya kepada Dedi, teman satu perwalianku yang sedari tadi tetap
berjalan bersisian.
“Wah, tinggal menunggu sidang dong Bro.”
“Iya doain saja” jawabku singkat,”Kamu sudah perwalian?”
“Sudahlah, dari pekan lalu. Kau saja yang baru tiba kan?
Sudah tahu kan, kalau Pak Hidayat itu dosen yang sibuk. Proyeknya banyak
dimana-mana. Makanya jangan mepet-mepet.” jawabnya sambil menunjukkan KSM.
“Ya..ya,” jawabku sambil menaiki tangga setelah melewati
area Labtek.
“Oh ya, tadi ngapain di lapangan? Masih mencari si manis
berambut Panjang?” ledeknya, “Tak bakal kau temui itu diantara lautan mahasiswi
cantik. Semua mahasiswi baru itu terlihat itu cantik, Bro” lanjutnya dengan logat
bataknya yang kental.
Saya menoleh sekilas kearahnya, lalu melihat kearah kelompok
yang sedang duduk-duduk di depan Gedung Oktagon, “Ke sana yuk”, ajak saya pada
Dedi.
Dedi menegur dan mengajak tos semua teman yang berkumpul
disana, lalu ikut bercanda dan tertawa dengan mereka. Sedangkan saya, memilih
duduk agak pinggir dan mencari tempat bersandar.
“ Lo sakit, Tra” seseorang yang duduk tak jauh dariku
menegur.
“ Dia lagi mencari serpihan hatinya yang tercecer di
lapangan basket…ahahaha” ledek Dedi sambil tertawa.
“Masih cewek itu? Sudah kau cari tahu jurusannya apa? Itu
nama-nama mahasiswa kan ada di papan pengumuman TPB. Kalau perlu, kau pakai
kaca pembesar untuk mencari namanya.” seseorang ikut menimpali.
“Sudah, namanya tidak ada” jawabku singkat. Rasanya malas
menceritakan sesuatu yang tidak pasti kepada mereka, karena hanya akan
menjadi bahan ledekan. Menurut mereka, lebih baik memikirkan masa depan nilai
dan sidang, daripada masalah hati.
Kemudian saya melirik jam di pergelangan tangan, sudah
hampir jam 12. Di kejauhan terdengar keriuhan dan yel-yel, sepertinya rombongan
mahasiswa baru itu akan dibubarkan dan mencari tempat untuk beristirahat. Biasanya pada saat-saat seperti ini, teman-temanku pun akan berkeliling dan
ikut duduk dengan kelompok yang panitia pendampingnya adalah teman mereka.
Suasana kampus memang belum terlalu ramai. Mahasiswa yang
datang biasanya adalah mereka yang mencari dosen wali untuk perwalian, atau menjadi panitia OSKM, ada juga mengurus kegiatan Unit, terkadang sekadar berkumpul di himpunan.
Sehingga kelompok-kelompok peserta OSKM tersebut akan lebih leluasa memilih
area di dalam kampus tanpa mengganggu perkuliahan.
“Hari ini kan OSKM terakhir, pada mau lihat sampai
penutupan?” tanya Dedi pada yang lain.
“Hayuklah. Biasanya ramai kan yang nonton, rektor dan dosen juga hadir”
jawab yang lain.
“Jalan yuk bro. Kita ke depan... Cuci mataaa”, Dedi bangkit berdiri dan mengajak semua yang duduk.
Saya pun ikut beranjak, “ Saya ke jurusan ya. Salam buat yang
manis.” Ujarku.
Kalimat itu ditanggapi riuh oleh yang lain dengan tertawa
dan ledekan khas mereka.
---
Saya duduk lagi disini, di posisi seperti tadi siang, melihat ke arah kerumunan yang berbaris rapi. Area lapangan basket tampak terang benderang dengan semua lampu yang menyala di atasnya. Kontras dengan bangunan sekitar yang terlihat remang ditengah gelapnya malam.
Tampak wajah-wajah lelah setelah tiga hari mengikuti rangkaian
OSKM. Saya melihat ada keramaian di barisan belakang, lalu beberapa panitia
menghampiri. Sepertinya ada yang hampir pingsan.
Hari terakhir ini memang tidak banyak aktivitas yang dilakukan
oleh peserta OSKM. Tapi sepertinya hawa yang panas dan matahari yang bersinar terik
sedari siang membuat kondisi fisik salah satu peserta menjadi lemah.
Saya dan teman-teman ikut menyaksikan pertunjukkan yang
disajikan oleh teman-teman panitia. Biasanya pada malam penutupan OSKM, suasana yang
dihadirkan lebih akrab dan santai. Tampak beberapa mahasiswa dipanggil kedepan
dan diberi ucapan selamat bergabung menjadi mahasiswa ITB.
Lalu tak lama, layar putih yang dipasang di dekat podium menampilkan cuplikan kegiatan OSKM dari tahun ke tahun. Semua yang yang
menonton sepertinya terhipnotis dengan semangat yang diperlihatkan pada film
pendek tersebut. Terlebih dengan adanya lagu “Mentari” sebagai pengiring film yang
membuat suasana menjadi lebih haru.
Disini, didalam hatiku..
Gemuruhnya sampai disini.
Disini diurat darahku.
Meskipun tembok yang tinggi mengurungku.
Berlapis pagar duri sekitarku.
Tak satupun yang mampu menghalangiku.
Menyala, didalam hatiku.
Hari ini hari milikmu
Juga esok masih terbentang..
Dan Mentari kan tetap menyala.
Disini…diurat darahku…"
(OSKM ITB'99 beserta kompilasi OSKM lainnya dengan backsound lagu Mentari dapat dilihat pada youtube LFM-ITB atau link berikut: video OSKM kompilasi by LFM-ITB
Setelahnya terdengar panitia mengajak semua peserta untuk mengambil posisi dan melakukan bodywave seperti yang diperlihatkan pada film tadi.
Tidak jauh dari posisi saya duduk, saya melihat beberapa dosen dan orangtua ikut menyaksikan.
“ Yah, besok sepi deh. Tidak bisa melihat adik-adik cantik
di lapangan basket lagi” seseorang bersuara di belakangku.
“Bisalah Bro, mereka kan bersliweran di gedung-gedung
kuliah. Semoga saja ada yang mau sama kau” balas Dedi yang duduk di sebelahku sambil
tertawa.
“Harus ada yang mau dong. Dari sejak ikut OSKM sampai mau
lulus, bagaimana ini tak ada yang nyangkut satu pun. Macam tak laku saya”, sahut seorang
teman.
“Memang tak laku kau” jawab yang lain dan di tanggapi dengan
tawa oleh kerumunan kami.
Saya ikut tertawa. Candaan khas seperti ini memang biasa
diantara kami.
Saya lalu memperhatikan tempat duduk orangtua dan dosen
menjadi lebih ramai. Kabarnya, OSKM’99 ini berada dalam pengawasan ketat oleh
pihak rektorat, karena tahun sebelumnya sempat terjadi masalah pada saat
pelaksanaan ospek.
Lalu saya kembali melihat kearah lapangan. Para mahasiswa
baru itu sedang mengambil posisi berdiri dan bersiap mengucapkan salam sebelum
dibubarkan.
Kami yang sedang duduk pun ikut berdiri.
Terdengar komandan lapangan berteriak dengan lantang, ” Salam Ganeshaa...., mulai!."
Bangsa
dan Almamater.
Merdeka...!!"
Menggelegar, memecah keheningan malam.
Para penonton yang berada di luar lapangan bertepuk tangan. Berakhir sudah OSKM tahun ini.
Berakhir pula pencarianku terhadap gadis manis berambut panjang yang kutemui tahun lalu di depan perpustakaan pusat. Walaupun kuberharap suatu hari nanti masih bisa kulihat wajah manisnya, Karena perasaan ini masih menyala didalam hati, seperti lagu Mentari yang terngiang didalam kepalaku.
---
OSKM= Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB. Ospek yang diselenggarakan terpusat oleh Keluarga Mahasiswa (KM) untuk seluruh mahasiswa baru dari setiap jurusan.
FRS=Formulir Rencana Studi. Formulir yang diisi oleh setiap mahasiswa, lalu diserahkan kepada dosen wali untuk disetujui sebelum melakukan daftar ulang di loket kampus, dan kemudian akan menerima KSM.
KSM=Kartu Studi Mahasiswa. Lembaran yang digunakan sebagai patokan perkuliahan yang akan diikuti oleh mahasiswa selama satu semester.
TPB= Tahap Persiapan Bersama. Tahun pertama perkuliahan di ITB, dimana setiap jurusan masih mendapat mata kuliah yang sama, seperti Kalkulus Dasar, Kewiraan, Agama, Fisika Dasar, Kimia Dasar.
---
Sebagai anak SR, saya nggak ikut OSKM, jadi cukup tahu aja suasana di lapangan dari cerita ini. :)
ReplyDeleteWah, iyaya teh? Saya lupa jurusan apa saja yang ada di kelompok OSKM waktu itu 😅
DeleteAhahahaha, wadaww, ini ceritanya love at the first sight ya teh Lia.
ReplyDeleteSayangnya kok ya ga ketemu lagi sama si manis berambut panjang, let alone nama dan jurusannya, wkwkwk. saya kalau jadi dirinya, sudah pasti nyesek, penasarannya belum terjawab.
Cerpennya bikin senyum-senyum sendiri niy teh. :)
ya ampuuun lembar FRS dan KSM nya antik sekali, inget jaman duluuuu
ReplyDeletebenda langka itu sekarang, sudah punah hihi
Aku bingung, si Saya ini kenapa mencari gadis di depan perpus sebagai mahasiswa baru, jangan-jangan gadis berambut panjang itu bukan mahasiswa baru, tapi calon dosen di jurusan yang biasanya banyak dosen mudanya? Hehehe..
ReplyDeleteMasalah di dunia mahasiswa adalah, gak ketauan siapa tingkat 1 atau akhir, karena semua ga pake seragam. Kecuali, si Saya tahu persis kalau si gadis berambut panjang waktu itu masih pakai seragam SMA, coba tungguin tahun depan lagi kalau gitu, hehehe...
Gini nih emang cinta jaman mahasiswa. Gak tahu namanya, gak tahu jurusannya, tapi demen aja 😁
ReplyDelete