Hellow Man In Yellow : Finally Meet

 


"Bisa baris apa tidak. Ayo lencang depan semua. Baris berdasarkan ketinggian ya. Yang laki-laki di belakang." Teriakan seorang kakak panitia dari arah depan lapangan.
Barisan sekitarku meringsek mundur. Beberapa panitia masuk kedalam barisan dan mengatur posisi. Beberapa teman sepertinya memilih berada di belakang, dan dipindahkan oleh panitia.

Sekarang sepertinya sudah jelang siang. Matahari sudah meninggi. Kami diminta berbaris untuk nanti dipisahkan dan menuju tempat istirahat masing-masing kelompok. 

Ya, ini adalah hari pertamaku mengikuti OSKM. Dengan izin Allah, saya diterima disini.
Menurut kak Barra, jodoh dan rezeki sudah tercatat di lauhul mahfudz. Bisa jadi disinilah rezeki saya harus bersusah payah menimba ilmu.

Seorang panitia lalu berteriak dari depan barisanku. Dan saya perhatikan ke kanan-kiri, setiap barisan memiliki kakak panitia sendiri. Kemudian, kami yang berada dalam satu baris, diminta mengikuti arahan dan langkah kakak panitia yang berada di depan barisan kami. Melintasi lapangan basket lalu melewati selasar yang sejuk, hingga akhirnya berhenti di pelataran dekat lapangan yang luas. 

" Hai, salam kenal", Ucapnya setelah mempersilahkan kami mengambil posisi yang nyaman." Saya Kak Hera, yang itu Kak Firman (sambil menunjuk seorang laki-laki yang berdiri) kami pembimbing kelompok kalian selama 3 hari kedepan ya."
" Makan siang akan kami bagikan. Kita punya waktu 45 menit untuk istirahat dan sholat. Silahkan yang mau sholat atau makan dulu. Oh ya, bangunan ini adalah Aula Barat. Yang mau sholat di Mesjid Salman juga boleh. Patokannya lapangan ini saja ya kalau kembali." Ujar kak Firman.

Saya lalu mengajak beberapa teman perempuan untuk bergegas sholat di Masjid. Rasanya ingin segera berwudhu dan membersihkan keringat di wajah dengan air kran.
Kami berjalan menyusuri sisi bangunan yang disebut aula ini, anginnya terasa sejuk.

Sekembalinya ke lokasi kelompok, ternyata sudah ada beberapa mahasiswa berjaket hijau yang ikut bercengkerama.
"Eh ada adek-adek cantik.. Assalamu'alaikum" tegur salah satunya.
Kami menjawab salam tersebut dengan pelan.
Lalu mengambil posisi agak jauh dari mereka.
Kak Hera menghampiri dan ikut bersantap siang bersama kami.

"Tenang saja, mereka kayak singa-singa lapar," ujarnya sambil tertawa sewaktu kami selesai makan.
"ITB itu dominan laki-laki. Apalagi jurusan tehnik, mahasiswinya dalam satu angkatan kadang ada yang bisa dihitung pake jari. Malah ada jurusan yang 2:3. Dua mahasiswi yang gabung setelah 3 angkatan sebelumnya yang hanya laki semua. Mungkin karena jurusan tehnik masih identik dengan laki-laki." jelasnya lagi.
"Iyaya kak?" Tanya seseorang disampingku.
"Iya, kabarnya untuk angkatan kalian di jurusan Tehnik Mesin, hanya ada 3 mahasiswi yang diterima kan. Dari semua jurusan, itu jumlah mahasiswi tersedikit. Biasanya yang banyak perempuannya itu di FMIPA." 
" Kakak jurusan apa?" Tanyaku
" Saya jurusan Tehnik Sipil, kalau Firman jurusan Tehnik Geodesi. Kakak-kakak yang berjaket hijau itu juga tehnik Sipil, mereka teman-teman satu angkatan saya. Yang dipakai itu jaket himpunan jurusan. Kalau yang saya pakai ini jas almamater." jawabnya sambil berdiri dan merapikan jasnya.
"Yuk, bersiap. Sudah waktunya balik ke lapangan basket dan berkumpul."

***
Sisa hari itu dilalui dengan keseruan, ternyata ini salah satu rahasia yang membuat mahasiswa antar jurusan kompak dan saling mengenal, OSKM yaitu Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB. 
Kelompok kami terdiri dari berbagai jurusan, dengan jumlah hampir 40 orang.
Dan diakhir hari, saya baru mengetahui, bahwa jumlah kami yang banyak dan berjejal di lapangan basket ini ternyata berjumlah 2000 orang.

****
Hari ini adalah hari terakhir OSKM. Wajah-wajah lelah yang mengikuti OSKM selama tiga hari ini tampak mulai memperlihatkan semangat. Ya besok kami resmi berkuliah dan menyandang gelar mahasiswa. Kami adalah angkatan '99.

Bodywave terakhir yang kami lakukan sepertinya pun jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Terinspirasi dari layar tancap yang kami tonton di lapangan, yaitu film dokumentasi kegiatan OSKM dari kakak-kakak mahasiswa sebelum kami, dan cuplikan bodywave dari tahun ke tahun.
Keren.

Terlebih lagi lagu "Mentari" yang dinyanyikan Kak Hera malam itu dengan diiringi alunan gitar, diikuti seluruh peserta yang mulai melupakan kantuk mendengar suara merdunya.

"Mentari Menyala disini,
Disini didalam hatiku.
Gemuruhnya sampai disini
Disini, diurat darahku.
Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku.
Tak satupun yang mampu menghalangiku..
Menyala..didalam hatiku..
Hari ini hari milikmu..
Juga esok masih terbentang..
Dan mentari kan tetap menyala.
Disini..diurat darahku"
(OSKM ITB'99 beserta kompilasi OSKM lainnya dengan backsound lagu Mentari dapat dilihat pada youtube LFM-ITB atau link berikut: https://youtu.be/OaI132yrNZE)

Sepertinya semua peserta larut dalam semangat yang ditularkan lagu itu.
Terutama karena sebelum bernyanyi, kak Hera berkisah bahwa lagu itu adalah lagu perjuangan, yang sering dinyanyikan oleh kakak-kakak mahasiswa ketika sedang berdemo dan melakukan orasi.

Lalu.. salam penutup yang mengakhiri malam itu sepertinya akan selalu terngiang di dalam benakku.
"Salam Ganeshaa. mulai!" teriak komandan lapangan di depan.
"Bakti Kami UntukMu, Tuhan,Bangsa dan Almamater..Merdeka!!!", 
menggelegar...memecah keheningan malam.

***
"Capek, Neng?" Tanya Papah ketika berkendara saat menjemputku malam itu.
"Alhamdulillah Pah" jawabku pelan.
Papah menoleh sekilas sambil tersenyum, lalu menepuk kepalaku dengan tangan kirinya.

***
Ternyata Dosen pada mata kuliah pagi ini sangatlah ketat terhadap waktu. Saya sudah tergesa-gesa menuju ruang 9127, tapi karena salah naik tangga, akhirnya harus berputar-putar dan tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan. Padahal ini adalah awal dari perkuliahan semester dua.
"Yaahh..jadi bolos deh" keluhku sambil terduduk disalah satu kursi di kantin GKU Barat. 
Saya mengambil sapu tangan dan mengelap keringat di dahi. 
Lalu setelah meminum beberapa teguk dari botol air mineral yang dibeli disini, saya mengeluarkan Mushaf.

"Shadaqallahul Adzim. Alhamdulillah." ucapku pelan, lalu memasukkan mushaf ke dalam tas.

"Assalamu'alaikum. Benar Eneng ya?" 
Saya mengangkat kepala dan melihat kearah suara tersebut, lalu buru-buru menunduk. 
"Alhamdulillah, ternyata benar" ujarnya lagi.
" Walaikumsalam, ehh iya Mas," jawabku pelan 
Lalu laki-laki berjaket kuning itu duduk agak jauh dariku. "Akhirnya ketemu juga. Saya pikir Indra bercanda waktu memberitahu kalau Eneng diterima. Karena waktu saya mengecek nama Eneng di daftar nama Mahasiswa di gedung TPB, tidak ada yang namanya Eneng" jelasnya lagi.
Saya mendengar penjelasannya sambil menunduk, tidak menyangka kalau ternyata sosok ini masih mengingat saya. 
"Tapi sepertinya saya sempat mengenali, waktu awal kuliah kan ya, yang di gedung Oktagon itu" jabarnya lagi.

Saya jadi teringat pada beberapa hari awal masuk kuliah, saya dan teman-teman masih tertukar dengan nomor ruangan yang menjadi lokasi belajar. Kami ber-enam memutuskan bertanya pada sekelompok mahasiswa yang sedang duduk-duduk didepannya. Tidak menyangka, ternyata Mas Jaket kuning ini merupakan salah satu diantara mereka. 

"Saya juga beberapa kali memperhatikan, Eneng kuliah di TVST setiap hari kamis dan jumat kan. Karena saya juga berkuliah disitu."
" Tapi, jujur saya pangling dengan kerudung yang Neng pakai sekarang. Lebih cantik".

Astaghfirulloh.
Kalimat terakhir itu membuat saya semakin menundukkan kepala. 
Teringat nazar saya saat itu, apabila Allah mengizinkan saya berkuliah di salah satu kampus melalui jalur UMPTN ini, saya bernazar akan berhijab sempurna. Tak layak rasanya meminta ilmu sebaik-baik ilmu di kampus yang didamba banyak siswa, padahal diri masih jauh dari sempurna.

"Makasih Mas" jawabku pelan.
"Jadi nama lengkapnya siapa?" Tanyanya pelan.
"Oh itu, maaf Mas, Neng itu memang panggilan dirumah dan juga keluarga. Nama lengkap Neng memang bukan itu" jawabku.
"Saaar...ayoo" saya menoleh mendengar ada yang memanggil nama saya.
"Mas, maaf ya. Saya harus pergi. Assalamu'alaikum", ujarku buru-buru.
Sesaat saya mendengarnya menjawab salam dengan suara kecewa.

Hhh..alhamdulillah, saved by them, teman-teman kuliahku.

***
Sebulan kemudian, di bulan Maret, ketika sedang bercengkerama dengan teman-teman di area duduk Sunken Court. Tampak beberapa rombongan keluarga wisudawan melewati. Hari ini adalah pelaksanaan Wisuda yang berlokasi di Sabuga.
Biasanya wisudawan dan keluarganya akan memotong jalan melewati terowongan Sunken Court dan berjalan menuju gedung jurusan, untuk selanjutnya mengikuti acara selebrasi dan kegiatan syukuran wisuda di jurusan masing-masing. 

Saya dan teman-teman mengamati rombongan yang lewat sambil bercanda, berandai-andai tentang rencana wisuda kami nantinya. Padahal belum genap satu tahun kami berkuliah disini. 

Tiba-tiba saya mendengar seseorang memanggil.
" Assalamu'alaikum. Halo Neng" senyumnya.
Saya melihat ke arahnya. Hari ini mas berjaket kuning ini tampak gagah dengan toganya.
"Walaikumsalam. Wah sudah lulus ya Mas, selamat ya" jawabku saat sudah agak dekat dengannya. Saya melihat sekeliling, mencari tahu keberadaan keluarganya.
"Mereka belum sampai sini, itu tuh, Ibu saya masih berusaha berjalan dengan kebayanya sambil digandeng Ayah. Padahal saya sudah bilang pakai baju yang simpel-simpel saja, tidak perlu berkebaya..." Jelasnya sambil memperhatikan pasangan yang berjalan bergandengan tangan sambil tertawa.

"Oya, bawa kertas kan Neng?" Tanyanya.
Saya mengangguk.
" Boleh minta tolong, tulis nama lengkap dan alamat rumah ya?" Pintanya.
Saya mengangguk lagi. Sambil bertanya-tanya dalam hati, saya mengambil selembar kertas dari tas punggung, lalu menuliskan yang dimintanya.
Setelah menerima dan membaca sekilas, saya mendengarnya menegur kedua orangtuanya dan tertawa.
" Oya, Yah, Bu. ini Eneng" ucapnya ketika kedua orangtuanya sudah didekat kami.
"Assalamu'alaikum Om, Tante. Selamat ya" ucapku.
"Walaikumsalam anak cantik. Terimakasih ya Nak" jawab ibunya.
"Udah ya Neng, kami mau ke jurusan. Yuk Yah, Bu".
Saya tersenyum takzim kepada kedua orangtuanya dan kemudian kembali menghampiri teman-teman.

***
"..... Sarah Mahardika binti Kurniawan Pangestu..."

Suara itu dengan lantang diucapkannya.
Lalu kemudian terdengar suara-suara bersahutan..SAH..SAH.
"Alhamdulillah"  saya menangkupkan kedua telapak tangan ke wajah, sambil menahan air mata.

Tak lama setelahnya, sosok itu muncul di ambang pintu didepanku. 
Menghampiriku dan tersenyum.
Senyum yang sama, seperti ketika dia tersenyum saat memberikan saputanganku, lima tahun yang lalu.

"Assalamu'alaikum. Halo", sapanya dengan lembut, lalu mengulurkan tangan.
"Walaikumsalam..halo Mas" jawabku dengan senyum, lalu meraih tangannya.

***
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dear you, man in yellow jacket.
My name is Sarah Mahardika.
Thanks for remembering me.
This is my address:  jl.Bunga mawar no 4.
If you want to come to this address,
Please make sure, that you will come with those smile, and stay. Not just to say Hellow.
Wassalam.

------

End (Bagian Terakhir dari Empat).
Silahkan membaca tiga kisah sebelumnya untuk mengikuti alurnya.Nuhun ❤

-----
Cerita beserta nama didalamnya adalah fiksi. Apabila ada kesamaan nama dan kisah hanyalah kebetulan.
Adapun kisah tentang OSKM adalah pengalaman pribadi.

Ditulis untuk "Tantangan mamah Gajah Ngeblog" edisi Maret https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-maret-2022-cerita-fiksi-itb/





Comments

Popular posts from this blog

Tips Masuk Dapur

Mentari

Dear My Sunshine