Feature: Potensi Diri (AlHikmah Fair)

 

POTENSI DALAM KEBERANIAN DAN KETEKUNAN: RENTANG DUA DEKADE




Kekuatan dan kepintaran adalah modal. Tapi tidak ada yang lebih dahsyat dari keberanian dan ketekunan.” -Mery Riana.


Dari quotes diatas ada beberapa kata penting yaitu kekuatan dan kepintaran yang dilengkapi dengan keberanian dan ketekunan. Empat karakter yang pastinya akan membuat seseorang menjadi tangguh.

Apakah kamu memiliki beberapa diantaranya atau mungkin kesemuanya?
Bagi saya pribadi, keempat karakter tersebut sepertinya sudah mulai terkikis. Tapi, bukankah seorang muslim dituntut untuk 'belajar sejak buaian hingga liang lahat'? Yang artinya saya masih punya cukup waktu untuk menempa diri Insyaallah.

Kekuatan dan Kepintaran sebagai Modal
Sekitar dua dekade yang lalu, saya pernah menjadi mahasiswi pada salah satu perguruan tinggi di Bandung. Pada satu kesempatan seorang teman mengajak berdiskusi, bahwa SPP kami yang terhitung murah itu berasal dari subsidi para nelayan, tukang becak, supir angkot, buruh pabrik serta masyarakat berpenghasilan rendah yang membayar pajak.

Lalu saya diajaknya bergabung untuk menyuarakan kesulitan 'rakyat' di depan Gedung Sate. Ditelisik dari umur, sosok mahasiswa sangat tepat menjadi corong untuk menyuarakan ketidakadilan. Bagaimana tidak, ketika kami bersuara vokal dengan jumlah yang tidak sedikit, kami berhasil 'menduduki' atap Senayan pada tahun 1998.

Ya, itu adalah kekuatan mahasiswa yang ketika bersatu memberikan pengaruh.

Karena ternyata kekuatan bukan sekadar berhasil membawa sekarung pasir hasil tambang dengan memanjat bukit dari pinggiran sungai menuju pemasok.

Kekuatan bukanlah hanya tentang adu fisik.

Melainkan menjadi kuat ketika kondisi sulit; tetap kuat ketika yang lain sudah mulai melemah serta tetap yakin pada hasil yang sudah diperjuangkan.
Wah, rentang dua dekade sudah terlalu lama ya untuk diceritakan.

Tapi sepertinya semua itu masih teringat jelas dalam memori saya. Terutama ketika kepintaran itu sesuatu yang jarang, terbatas oleh sumber informasi dan bagaimana cara mendapatkannya.

Dua dekade yang lalu sumber informasi lebih banyak diperoleh dari buku, majalah, koran, televisi, radio, berkunjung ke perpustakaan, serta mengikuti forum-forum diskusi.

Gadget dan kanal online belumlah meraja seperti saat ini. Sehingga menjadi pintar akhirnya adalah sebuah pilihan. Mereka yang lebih banyak berkutat dengan buku atau membaca koran, biasanya berwawasan luas dan cenderung memiliki kepintaran di atas rata-rata.

Tes IQ yang jamak digunakan dan menjadi patokan kepintaran pada masa itu, terkalahkan dengan aneka metode terkini seperti sidik jari, ESQ dan tes lainnya. Karena pada beberapa tahun terakhir, diketahui bahwa kepintaran seseorang itu berhubungan dengan emosi, minat, bakat dan kondisi spiritual.

Para peneliti bahkan mengelompokkan kepintaran menjadi ‘Sembilan Kecerdasan Majemuk’ yaitu;  verbal, logika-matematika, visual, kinestetik, musikal, interpesonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial.

Hal ini menjelaskan mengapa seseorang bisa dengan mudahnya menghafal ayat Al-Quran dengan menyimak (audio), namun juga memiliki kelebihan untuk berpikir secara logis (logika-matematika); karena kepintaran seseorang ternyata tidak terkotak pada satu bidang saja.

Masyaallah ya, Allah SWT memberikan kapasitas kepintaran yang beragam pada kita. Sehingga saat ini banyak bidang baru bermunculan, sebagai hasil perpaduan dari kepintaran yang majemuk.
Kekuatan dan kepintaran telah Allah SWT tanamkan, dan menjadi modal awal bagi masing-masing dari kita.

Lalu mengapa masih ada yang merasa tidak memiliki potensi?

Bisa jadi, karena tidak didukung oleh lingkungannya, atau malah jarang mengambil peluang. Jangan lupa ya, peluang itu tidak datang dua kali,lho.

Untuk itu, beranilah mengambil resiko ketika sebuah peluang menghampiri.

Menjadi berani itu tidaklah harus seperti Nabi Daud, yang semasa mudanya berduel mengalahkan Jalut hanya dengan menggunakan ketapel sebagai senjatanya.

Atau seperti Asma binti Abu Bakar, yang dengan keberaniannya dalam kondisi hamil tua mengantarkan perbekalan untuk Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash Shidiq yang sedang bersembunyi di Gua Tsur.

Atau membandingkan keberanian pasukan Muslim yang berjumlah 317 orang pada Perang Badar, ketika  melawan lebih dari 1000 orang pasukan Quraisy.

Sepertinya level keberanian kita tidak bisa dibandingkan dengan kisah teladan para Nabi atau sahabat-sahabat Rasulullah SAW.

Namun ketika Allah SWT sudah berkehendak, maka akan terjadi menurut kehendak-Nya.

Rentang Dua Dekade
Masih teringat dalam benak, ketika suami mengajak saya berbincang tentang "being forty". Perbincangan berat yang membuat saya mengingat kembali apa yang ingin saya lakukan dan belum terlaksana.

Bukan tentang 'its my dreams not her", tapi tentang potensi diri yang jangan sampai luruh, walaupun umur sudah bertambah.

Diskusi tersebut membuat saya memberanikan diri untuk meraih salah satu impian yang belum terlaksana dan kemudian mendaftar menjadi mahasiswa lagi.

Saya yang selama ini hanya berkomunikasi dalam ruang lingkup kecil diantara keluarga dan anak-anak, memaksakan diri untuk duduk dan membuka lembaran baru.

Berguru dengan dosen, mengatur waktu belajar, berkutat dengan laptop dan berdiskusi dengan teman-teman baru. Mengerjakan tugas, mempelajari buku-buku, menghafal dan mengulang-ulang setiap ilmu seakan-akan saya dua dekade lebih muda.

Sehingga, bagi saya ketekunan menjadi koentji dalam menggali potensi diri; dulu, sekarang dan Insyaallah di hari yang akan datang.

Itulah sebabnya mengapa mereka yang memiliki keberanian dan ketekunan menjadi pribadi yang lebih tangguh.
Apalah arti kekuatan dan kepintaran bila tidak tekun berlatih.

Apalah arti keberanian bila tidak tekun mencoba.

Apalah arti ketekunan bila tidak yakin dengan kelebihan (baca: potensi diri) yang dimiliki.

Potensi Dalam Keberanian dan Ketekunan
Lalu bagaimana mengetahui potensi diri yang tepat?
Untuk mengetahuinya, bisa dengan mengikuti tes penelusuran minat dan bakat. Hasilnya akan mengarah pada bidang yang tepat sesuai karakter dan kemampuan dasar kita.

Selain itu beranilah mengikuti setiap peluang yang datang, meskipun bisa jadi pada awalnya karena diajak oleh teman.

Melakukan sesuatu yang berada diluar zona nyaman pun terkadang menyenangkan, lho. Bisa jadi, ketika melakukan hal ini, ternyata akan menunjukkan potensi diri kita yang tersembunyi.

Menemukan potensi pun bisa dengan mengingat kembali impian yang belum terlaksana, karena terkadang impian itu datang dari kemampuan dasar yang belum diolah.

Mengikuti aneka pelatihan untuk mengembangkan minat pun perlu. Terlebih saat ini, banyak pelatihan yang diadakan secara daring. Teknologi yang sudah maju dilengkapi dengan koneksi internet memudahkan kita untuk mengikuti pelatihan walaupun lokasi penyelenggara berada di negara yang berbeda.

Jangan lupa untuk istiqomah dan tekun berlatih ya.

Bila gagal, at least, sudah mendapat pahala dari niat baik yang kamu lakukan; dan mengetahui bahwa itu bukan potensimu.

Yakinlah pada ketetapan Allah SWT bahwa setiap dari kita diberi potensi.

Jangan menyerah, tetap ikuti tantangan dan peluang lain. Lakukan saat ini juga, tak perlu menunggu hingga dua dekade lagi, kan :).

"Believe you can, and you're almost there" Insyaallah...

-----

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti LOMBA FEATURE dengan TEMA POTENSI DIRI, yang diadakan oleh STIDDI ALHIKMAH. Already Submitted 17 Feb 2022

Comments

Popular posts from this blog

Tips Masuk Dapur

Mentari

Dear My Sunshine